Mungkin aku sudah tak pantas ada di sini
Tak mampu aku memberikan kontribusi
nyataku hari ini
Hanya retorika kosong yang menghiasi
hari demi hari
Hanya membuat kecewa tanpa ada amal
nyata dan solusi
Aku bukan lagi teladan yang pantas jadi
teladan
Aku tak lagi bisa memberikan manfaat bagi kalian
Bahkan aku hanya menjadi beban dan akar
kekecewaan
Hanya menjadi pertimbangan yang
seharusnya tak jadi pertimbangan
Hanya memperpanjang barisan dan
mempersempit ruang gerak kalian
Aku gagal memimpin kalian
Tak berhasil membentuk kepribadian baik
setiap insan
Gagal merubah kalian, menjadi bongkahan
berlian
Tak lagi mampu aku memberikan kebaikan
Bahkan justru membuat keterbatasan dan
hambatan
Aku ……
Tak ingin kalian ter-abaikan
Tak ingin kalian menanggung beban
Tak ingin kalian jadi korban
Tak ingin kalian kehilangan mimpi dan
harapan
Karena , aku bukanlah harapan kebaikan
Bahkan aku hanya sebuah beban
Kini…..
Sudah saatnya kalian aku tinggalkan
Saatnya aku tergantikan
Saatnya kalian yang berperan
Kepada kalian, amanah besar ini aku
titipkan
Untuk kalian jaga, kalian pelihara, dan
kalian besarkan
Aku masih harus belajar lagi
Tentang semua kebaikan
Tantang hidup dan kehidupan
Tentang ketaatan dan teladan
Tentang amal dan kepemimpinan
Tentang cita, cinta dan harapan
Tentang ilmu, amal dan keikhlasan
Tentang aku dan tentang kalian
Karena aku tak demikian
Saatnya berganti generasi
Kalianlah yang terbaik di masa ini
Kalian yang berhak akan masa hari ini
Jadilah diri kalian sendiri
Karena aku….
Bukan sosok yang bisa kalian teladani
Bukan pena yang menuliskan sejarah dan
prestasi
Bukan buku yang bertulis harapan dan
mimpi
Aku dari dulu hingga hari ini
Bukan yang terbaik untuk menjadi
referensi
Itulah aku yang menggunakan perasaan ini
Yang hanya bisa mengeluh dan menyesali
diri
Seolah nikmat tak pernah disyukuri
Tapi…..
Aku masih memiliki hati dan hari
Memiliki potensi dari Ilahi
Yang akan merubah semua ini
Dari perasaan menuju kecerdasan diri
Hingga perasaan dan sesal seperti ini
Terhapuskan dengan kecerdasan yang
disyukuri.
Sugiatmoko Putra Ranau
Palembang, Februari 2011