Gubuk Bambu yang kurindu |
Anak sulung dari petani kebun dan petani sayur ini
memulai pendidikannya pada tahun 1994 di SD Negeri No. 5 Simpang Sender
Kecamatan Banding Agung Ranau (Sekarang Kec. Buay Pematang Ribu Ranau Tengah)
pada umur delapan tahun, kemudian melanjutkan jejang pendidikannya ke SLTP
Negeri 2 Banding Agung Ranau tahun 2000 sampai 2003 dengan meraih beberapa prestasi
yang menjadi motivasi bagi kedua orang tuanya untuk tetap melanjutkan jenjang
pendidikan ke SMA. Dengan keyakinan seperti dalam QS. Ar-ra,du:11 “…Allah
tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang
mengubahnya…” dan pepatah “di mana ada kemauan di situ ada jalan”,
akhirnya melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Banding Agung Ranau Jurusan IPA
tahun 2003 sampai 2006. Dengan tekad kuat yang dimilikinya Ia mengembara ke
Kota Palembang untuk tujuan bekerja dan ikut tes Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB) di Universitas Sriwijaya (UNSRI) –bukan tujuan untuk kuliah tapi
sekedar ikut tes-. Dengan kehendak dan
izin Allah, putra jawa kelahiran sumatera (Pujakesuma) ini memperoleh kelulusan
atas keikutsertaannya dalam tes SPMB. Ia lulus di Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang pada saat
pendaftaran tes ia memilih tiga jurusan yaitu FKIP Matematika dan FMIPA Biologi.
Dengan berita kelulusan tersebut di tambah dengan memperhatikan prestasi yang
pernah di raih waktu SMA dan SLTP, kembali menumbuhkan motivasi dan keyakinan
di benak Petani orang tua dari mas sugi ini untuk melanjutkan putra sulungnya
ini ke jenjang pendidikan di tingkat universitas.
Di saat seperti ini rekayasa Allah bermain, Allah Maha
Tahu batas kemampuan dan kelemahan hamba-Nya, Anak desa ini dipertemukan kepada
orang yang Allah limpahkan kadanya nikmat yang lebih, yang selanjutnya anak
desa ini ikut dan tinggal bersamanya di Jalan Pertahanan No.1993, Rt.39, Rw.12,
Kelulrangan 16 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II Palembang, dengan konsekuensi
tidak kuliah di UNSRI melainkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Palembang Fakultas
Ekonomi yang menenggelamkan arah cita-cita kecilnya dengan mengambil Jurusan Akuntansi.
Pemuda yang memiliki nama kecil eko ini selain aktif
kuliah sebagai mahasiswa ia pun aktif di beberapa Organisasi yang menurutnya
sudah membesarkan namanya dan memunculkan potensi dalam dirinya, membuatnya
memiliki banyak teman yang tidak hanya sekedar di kalangan kampus Muhammadiyah.
Organisasi yang diikutinya semua berbasis keislaman yaitu, Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan Forum
Silaturahim Study Ekonomi Islam (FoSSEI). Ia juga terlibat di Pusat Komunikasi
Daerah Forum Lembaga Dakwah Kampus Daerah Sumatera Selatan (PUSKOMDA FSLDKD
SUMSEL) dan terlibat di Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Unifersitas Muhammadiyah Palembang
(BEM FE UMP). Keaktifan di Organisasi membawa Anak Ranau ini membentuk dirinya
menjadi pribadi yang sangat berbeda dari sebelumnya --kata rekan-rekannya
memiliki pribadi rabbani, qur’ani, dan mandiri -semoga allah memberi kekuatan
dan menjaganya-- karena sering mengikuti berbagai macam kegiatan dan pelatihan
yang berbasis pengembangan potensi diri. Pelatihan yang pernah di ikuti yaitu
Darul Arqam Dasar (DAD) dari IMM, Daurah Marhalah satu dan dua (DM 1 dan DM 2)
dari KAMMI, Sari’a Economics Training (SET) di lampung dari FoSSEI, Public
Speaking di Bandung dalam rangka Nasionalisasi Mentoring Islam Mahasiswa
PUSKOMDAY’S FSLDKN saat menjadi utusan dari UMP di UNISBA (Univesitas Islam
Bandung), beberapa Seminar Pendidikan dan Seminar Ekonomi Islam serta pelatihan
pelatihan lain yang berbasis dakwah kampus. Sedangkan Kegiatan yang pernah di
ikuti --sebagai panitia-- yaitu DAD, DM 1, Seminar-seminar, Masa Ta’aruf Akbar
Mahasiswa Baru, dan lain-lain yang menurutnya semua itu adalah sarana tarbiyah
–pembinaan- diri serta ilmu kemsyarakata dan ilmu kepemimpinan yang tidak diperoleh di ruang
perkuliahan.
Inilah profil sang pengembara yang berjuang untuk
menemukan jati diri, membentuk pola pikir, serta untuk membina diri menjadi
pribadi bermanfaat dan taat pada ilahi. Dan inilah kisah perjalanan sang
perindu syurga yang telah meniti kisah dari Sekolah Dasar di Tengah Rimba ke
Kampus Megah Muhammadiyah di Tengah Kota.
Wallahu A’lam.
EC Rumah Zakat
Palembang_Kamis_10 November 2011_20.30
Selama menjalani perkuliahan, pemilik akun facebook Sugiatmoko Putra
Ranau ini tinggal bersama keluarga Bapak Ridwan Arief putra ke-7 dari Bapak
Arief Bangsawan. Bapak Arief Bangsawan merupakan salah saatu tokoh masyarakat
yang berpengaruh di Derah Ranau –- daerah asal mas sugi--. Selain kuliah,
keseharian mas sugi adalah membatu pekerjaan yang ada di rumah Bapak Ridwan
Arief, sebataqs waktu yang bisa di gunakan untuk membantu.
Mulai dari pagi hari, Pujakesuma asal Ranau ini memulai aktivitasnya
dengan shalat subuh –biasanya berjamaah di Mushola SMK Madyatama-- yang
dilanjutkan dengan membuka semua pintu yang terkunci dari pintu utama hingga
pintu gerbang. Kemudian membersihkan (menyapu) teras, garasi, taman,
danmembersihkan sampah di luar pagar. Di teruskan dengan memberskan tempat
tidur --gak langsung dibereskan karena da mas ryno anak sulung Pak iwan yang belum
bangun, sekalian nunggu berangkat sekolah—dan dilanjutkan ngepel teras
sekeliling rumah dan garasi. Setlah itu baru sarapan pagi –kalo lagi ga’
puasa-- , selanjutnya mandi dan brankat kuliah – kalo lagi ga’ kuliah or kuliahnya siang dilanjutkan dengan memotong
dan merapikan bunga di taman--.
Aktivitas sore hingga malam biasanya dimulai dari mandi, shalat
maghrib –berjamaah di mushola SMK Madyatama--, sepulang shalat maghrib
dilanjutkan dengan mengajar ngaji anak-anaknya Bapak Ridwan dan Ibu Nurhayati.
Setelah itu, sembari nunggu shalat isya’ biasanya tilawah Alqur’an –biasanya
dapet satu sampe lima lembar--. Adzan Isya’ berkumandang, lengsung menuju
Mushola untuk shalat isya’ berjamaah.Sepulang dari mushola dilanjutkan dengan
membersihkan semua kamar tidur –dari kamar utama, anak-anak, sampe kamar
tamu--, membersihkan ruang tengah (ruang keluarga), ruang makan, ruang shalat,
ruang santai, dan dapur—tempat
masak--. Setelah itu baru makan malam. Selesai makan malam terus masuk kamar
untuk mengajari anak-anak pak iwan –panggilan pak Ridwan— mengerjakan tugas
sekolah –sebelum itu, kadang-kadang disuruh belanja ke Mini market Pratama
Mart--. Pukul 21.00 WIB, --kadang-kadang masih ada pekerjaan lain—biasanya baru
bisa mengerjakan tugas-tugas pribadi –tugas kuliah maupun tugas organisasi--.
Baru bisa istirahat tidur biasanya sekitar pukul 24.00 WIB –tak jarang baru tidur sekitar pukul 01.00
WIB, bahkan lebih--. Aktivitas demikian ini yang di kerjakan mas selama tinggal
bersama keluarga Bapak Ridwan Arief dan Ibu Nurhayati, yang terkadang ada juga
pekerjaan di luar akativitas tersebut yang masih harus mas sugi kerjakan.
Semua itu dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah dan sebagai
bentuk ucapan terimakasih yang bisa dilakukan kepada keluarga Bapak Iwan dan Ibu
Nur serta keluarganya yang telah menerima mas sugi sebagai bagian dari keluarga
mereka –meskipun sebenarnya hal itu belum bisa membalas kebaikan keluarga Bapak
Iwan--.
Kurang lebih sekitar lima tahun aktivitas demikian dirasakan oleh
mas sugi. Aktivitas itu membentuk karakter, kebiasaan, dan budaya dalam diri
Putra Ranau ini menjadi orang yang memliki budaya hidup rapi, bersih dan
disiplin akan waktu. Ia tidak menyukai suasana tempat yang kurang
rapi/berantakan dan kotor –semoga istiqomah dan tetap konsisten menjadi orang
yang berkarakter demikan--. Hingga saat ini, mas sugi selalu merasakan bahwa
proses yang telah dilaluinya itu adalah benar-benaar masa kuliah, yaitu kuliah
tentang kehidupan berkeluarga –kuliah di UMP tetap Akuntansi, untuk masa depan--.
Seperti itulah perjuangan sang pengembara ini selama proses
perkuliahannya –selama 4,5 tahun hidup di kampus hijau— meskipun tidak seluruh
proses di kisahkan –proses unik dan yang paling berkesan akan dikisahkan dalam
edisi lain, Amin...!--.
Akhir Kuliah Dan Awal Dunia
Kerja
Setelah selama sembilan semester menjalankan perkuliahan di
Fakukultas Ekonomi Jurusan AkuntansiUniversitas Muhammadiyah Palembang, Pemuda
yang lahir sebagai anak sulung ini akhirnya menyelesaikan kuliahnya dengan
ujian akhir pada tanggal 28 Februari 2011. Dalam ujian ini, mas sugi di uji
oleh tiga doseen penguji, yaitu Ibu Hj. Yuhanis Ladewi S.E.Ak, M.Si, Bapak
Mizan S.E.Ak, M.Si, dan Bapak Aprianto S.E. Serta ada juga dua rekan ujian,
yaitu Andeli Pramaja dan Verawati. Judul Skripsi yang di tulis mas sugi adalah “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Nasabah dalam Menggunakan Pembiayaan Murabahah pada PT.
Bank Sumsel Babel Syariah Cabang Palembang”, dengan dosen pembimbing
Ibu Hj. Yuhanis Ladewi S.E.Ak, M.Si –umi anis--. Setelah ujian, mas sugi belum
resmi menjadi seorang sarjana karena harus mengikuti wisuda sarjana terlebih
dahulu. Dan resmi menyandang gelar
Sarjana Ekonomi (S.E) pada Hari Kamis tanggal 31 Maret 2011 di Gedung Serbaguna
Kebudayaan Sumatera Selatan di Jakabaring Palembang.
Wisuda yang mengakhiri masa belajar di kampus, mengakhiri pula
identitas sebagai mahasiswa –insyaallah akan menjadi mahasiswa lagi untuk
jenjang pascasarjana S2 san S3, Amin--. Hal ini berarti bahwa mas sugi harus
membuat identitas baru dalam dirinya –mungkin sbagai pengusaha, guru, karyawan,
dan atau yang lainnya—. Sebagai sarjana muda yang tidak mau kehilangan
kesempatan dan waktunya, mas sugi
langsung membuat Surat Lamaran Kerja kepada salah satu perbankan syariah. Yang
kebetulan pada saat itu sedang mengadakan rekrutmen tenaga kerja sebagai Shari’a Funding Executive(SFE) dalam
Program Early Recruitment Program (ERP) kerjasama
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang dengan PT. Bank Syariah
Mandiri (BSM).
Beberapa hari setelah wisuda –tepatnya
tanggal 4 April 2011 sekitar pukul 17.00--
Sugiatmoko S.E mendapatkan pesan singkat(SMS) dari PT. Bank Syariah
mandiri untuk hadir sebagai salah satu peserta yang berkesempatan untuk
mengikuti tes sebagai Shari’a Funding Executive(SFE) PT. Bank Syariah Mandiri yang diadakan di Ruang Pascasarjana Fakultas
Ekonnomi Universitas Muhammadiyah Palembang. Tes Berlangsung selama dua hari –Tanggal
5 – 6 April 2011--.
Setelah beberapa kali menyelesaikan
tes –Alhamdulillah, Allah senantiasa memberikan kesempatan— akhirnya, pada
tanggal 6 April 2011 sekitar pukul 17.00,
pencari kerja ini mendapat pesan singkat dari Ponselnya bahwa ia lulus
tes dan berkesempatan untuk mengikuti pembekalan dari PT. Bank Syariah Mandiri
sebagai Shari’a
Funding Executive(SFE) di perusahaan
tersebut. Pembekalan tersebut berlangsung di Ruang Pascasarjan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Palembang pada tanggal 7 April 2011 yang diikuti oleh
seluruh peserta yang lulus tes sebanyak 29 peserta –dari sekitar 300
pendaftar--.
Selanjutnya, Hari Jum’at Tanggal 8
April 2011 mas sugi pulanag ke kampung halaman –Ranau Indah-- untuk mengadakan syukuran, berbagi kabar
gembira kepada sanak saudara di sana atas wisuda sarjana dan langsung
berksempatan mendapatkan pekerjaan –Alhamdulillah--. Setelah selama tiga hari di Ranau, akhirnya
pada Hari Ahad tanggal 10 april 2011 Mas Sugi kembali lagi ke Palembang BARI
–meskipun sudah mulai kurang BARI lagi--
untuk menyiapkan diri memasuki dunia kerja di keesokan harinya.
Hari Senin Tanggal 11 april 201,
adalah hari pertma masuk kerja di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Palembang Sebagai Shari’a Funding Executive(SFE) di jalan Jend. Sudirman no. 80 Palembang. Pada tahap ini, mereka masih
tahap OJT...
Dari saat itulah putra daerah OKU
Selatan ini memulai dunia kerja, semoga sukses, semoga dapat kita lanjutkan
kisahnya di lain kesempatan,,
Palembang,Angkatan.66, 08 Juli 2012
Yang
Unik dan Beda dari Sang Pengembara
1.
Sepeda Hijau bersejarah
Selama
menjalani perkuliahan, calon pengusaha sukses yang menamakan dirinya Sang
Pengembara ini terkenal karena sepedanya. Tepatnya sekitar perjalanan kuliah di
semester 6, Mas Sugi menerima kirman paket berupa sepeda Phoenik warna hijau
dari orang tuanya di kampung Ranau. Mulai dari saat itu, aktivitas kuliahnya
maupun aktivitas yang lain yang memiliki jarak tempuh yang jauh, ia kerjakan dan menyelesaikannya dengan
sepeda hijaunya. Yang paling membuat Putra Ranau ini saying dengan sepedanya
adalah sejarah dan manfaatnya, yang telah memperlancar kuliah khususnya saat
proses tugas akhir(skripsi). Di mana selama dua bulan ia melakukan
penelitian/riset di PT. Bank Sumsel Babel Syariah di Jl. Letkol. Iskandar(depan
PIM), dan selama itu pula ia menempuhnya dengan sepeda hingga akhirnya dapat
mengikuti ujian akhir/ujiian skripsi.
Ada
kisah yang selalu diingat oleh Mas Sugi tentang sepedanya, yaitu ketika hendak
ujian skripsi. Ketika itu Mas Sugi berangkat dari rumah tinggalnya dengan
penampilan rapi sebagaimana mestinya peserta ujian, dengan jas di tangan
kanannya(belum di pake), dan berangkat hanya dengan sepedanya. Di Stang kanan
sepedanya ada jas, di tas ranselnya penuh dengan beberapa rangkap duplikat
skripsinya yang tebal, dan beberapa buku referensi yang telah disiapkannya.
Selama di perjalanan menuju kampus Mas Sugi merasa khawatir tas ranselny putus,
dan selama itu pula tang
an kanannya memegang jas yang tak jarang bergantian dengan tangan kirinya. Kekhawatiran itu bersamaan dengan detik-detik yang menentukan kelulusannya dari kampus hijau dan itu ia tempuh dengan mengayuh sepeda dari tempat tinggalnya menuju kampus.
Dengan sepeda itu pula Putra Ranau ini dapat
aktif dalam setiap agenda organisasi yang ikuti. Mulai dari syuro’ ke
syuro’(rapat), kegiatan demi kegiatan, dan agenda2 khalaqohny (pengajian rutin)
pun ia tempuh dengan sepedanya, yang jarak tempuhnya cukup jauh, cukup memakan
waktu, dan cukup memeras keringat.
Pernah
suatu ketika, pagi hari (setelah mabit –bermalam-) , Putra Ranau ini ingin
pulang dari Talaqi di tempat saudara sekhalaqohnya, dan ketika itu ban
sepedanya bocor. Pada awalnya ia mengira hanya kekurangan atau kehabisan udara
saja, karena saat itu masih pagi sehingga belum ada satupun tambal ban yang
buka. Dengan tetap semangat, ia mendorong sepedanya sembari memperhatikan di
kiri dan kanan jalan dengan harapan ada tambal ban yang buka dan bisa
memperbaiki sepedanya. Setelah jauh
berjalan, dan setelah melewati jembatan ampera, akhirnya ada tempat tambal ban
yang sudah buka. Di tempat ini, ia hampir kehilangan semangat. Karena ternyata
harus diganti dengan ban yang baru, sedangkan waktu pagi seperti saat itu belum
ada toko yang sudah buka. Saat itu pula
Putra Jawa ini merasakan ada beban ujian, karena ia harus lelah mendorong
sepedanya , ia harus lelah mencari took pejual ban, harus sabar menunggu ban di
perbaiki, dan harus menyadari bahwa ia terlambat pulang ke rumah dan terlambat
untuk kuliah.—semoga Allah Menganugerahkan kekuatan--.
Selain
itu, kisah berkesan Mas Sugi bersama sepedanya juga pernah dirasakan ketika ia
sudah berada di tempat yang lain, yaitu ketika ia sudah tinggal di Jl angkatan
66. Ketika itu Hari Ahad, ia mendapat amanah dari murobbinya untuk menghadiri
pertemuan ketua kelompok khalaqoh –Mas Sugi sebagai Ketua kelompok di
khalaqohnya—di Kertapati. Ketika berangkat dari rumah tinggalnya, kondisi ban
sepedanya biasa saja, ternyata ketika di tengah perjalanan menuju Kertapati
sepedanya mengalami pecah ban. Dan setelah ban sepedanya di tambal, ia
meneruskan perjalanan ke tempat pertemuan yang di tuju –di depan pasar 3-4
Ulu--.
Acara
pertemuan selesai, ia pulang dengan mengendarai sepedanya, ketika itu waktu
sudah menunjukkan pukul 17.30 wib. Tanpa ia sadari, ternyata sepeda yang
dikayuhnya kembali kehabisan udara. Kemudian ia mendorong sepedanya dengan
harapan ada tempat untuk menambal ban sepedanya.Dan kisah inilah yang sangat
berkesan, karena harapan hanyalah sebuah harapan, karena sampai di depan pintu
rumah tinggalnya, ia masih mendorong sepedanya dengan berjalan kaki menempuh
waktu tak kurang dari 3 jam, dan menempuh jarak perjalanan dari Kertapati ke
Sekip Ujung Angkatan 66 tanpa menemukan tempat tambal ban yang ia harapkan.
Sungguh perjalanan yang sangat melelahkan.
Kiah
lain dari sepeda Mas Sugi, yaaitu selama digunakan untuk menempuh jarak
perjalanan dari rumah tinggalnya menuju kantor tempatnya bekerja –PT. Bank
Syariah Mandiri KCP Kilometer 5 Palembang--. Tanpa rasa minder –tetap PD-- ,
meskipun ia seorang banker, ia puntetap menggunakan sepedanya sebagai alat
transportasi hariannya –karena hanya sepeda yang Mas Sugi punya--. Dan suatu
ketika, ia sempat terhenti di tengah perjalanan karena pengayuh sepedanya lepas
dan tidak dapat diperbaiki. Akhirnya, ia menitipkan sepedanya di sebuah yayasan
–Yayasan Tahfizh Qur’an Daarut Tarbyah--. Dan ia minta bantuan kepada salah
satu santri yayasan tersebut untuk di antar kekantor. Sepulang dari kantor ia
berjalan kaki menuju yayasan untuk mengambil sepedanya dan membawanya kembali
ke rumah tinggalnya. Sejak saat itu, ia berangkat bekerja bersama rekan
sekantornya –Ari Basoma|customer service|--, dan pulang dari kantor dengan
berjalan kaki yang menempuh waktu sekitar 45 menit, meskipun terkadang harus
pulang naik ojek jika diperlukan…
2.
Prestasi
Putra
sulung dari seorang petani kebun ini terlahir di tengah hijaunya perkebunan
kopi, dikelilingi hijaunya hutan belantara, di antara tingginya pepohonan, di
sela-sela rimbunnya dedaunan, di gubuk kecil beratap sirap( atap dari belahan
kayu)dan berdinding susunan pelupuh (bambu yang cacah), yang bertiang potongan
pohon kayu.
Di
usianya yang masih belia, seusia anak sekolah dasar, ia diberikan tanggung
jawab untuk menggembala beberapa ekor sapi yang mereka ternak oleh kedua orang
tuanya. Tapi tak jarang sapi gembalaanya ia tinggalkan hanya untuk bermain
dengan teman-teman sebayanya, yang membuatnya terkadang harus menerima
kemarahan orang tuanya. Selain karena itu, ia juga sering menerima kemarahan
orang tua kerana kenakalan dan kelalainnya.
Kelas
4 Sekolah Dasar, ia merasakan puncak prestasinya yang ia pertahankan hingga
kelulusannya dari sekolah nya – SDN 5 Simpang Sender Ranau— dimana ia selalu
meraih peringkat pertama di kelasnya. Setelah ia sadari, ternyata prestasi yang
diraihnya merupakan prestasi yang tidak terlepas dari kebersamaannya dengan
sapi-sapi gembalaannya. Karena sepanjang ia sekolah, ia pun selalu belajar dan
mengulang pelajaran sekolahnya ketika ia menggembala sapi-sapinya. Setiap
kembali dari sekolah, ia membawa sapi-sapinya ke tempat yang terdapat banyak
rumput untuk makan sapi-sapinya. Setelah sapi-sapinya ia ikat di pohon yang di
sekitarnya banyak terdapat rumputnya, kemudian putra ranau ini mencari pohon
yang bisa untuk ia panjat dan bisa ia gunakan untuk santai di atas pohon
sembari belajar, mengulangi kembali pelajaran dari sekolahnya dan memperhatikan
sapi-sapi gembalaannya. Kebiasaan yang
ia lakukan itulah yang membuatny mampu mempertahankan prestasi dan membawanya
kepada prestasi yang berkelanjutan.
Selanjutnya di SLTP, ia masih tetap dengan
kebiasaannya, bahkan lebih tertata, lebih disiplin dari sebelumnya, sehingga ia
pun lebih berprestasi dari sebelumnya. Namun demikian, ia mengawali prestasi di
SLTP ini –SLTP N 2 Banding Agung Ranau—di kelas I.4 (satu empat, ia hanya
mendapat peringkat IV (empat) di caturwulan pertama, peringkat II (dua) di
caturwulan ke-2, dan peringkat III
(tiga) di caturwulan ke-3. Saat ia naik ke kelas II.4 (dua empat) ia mulai
menemukan irama belajarnya dan menemukan puncak prestasinya dengan mampu meraih
peringkat pertama sejak Caturwulan pertama. Namun demikian, di Caturwulan
pertama ini ia hanya meraih peringkat pertama tanpa gelar juara umum. Dan untuk
caturwulan ke-2, ia tampil dengan tetap mempertahankan peringkat pertamanya,
dan mampu meraih gelar Juara Umum. Gelar Juara Umum yang menjadi puncak
prestasinya ini ternyata mampu ia pertahankan hingga akhir masa belajarnya di
SLTPnya. Dengan prestasinya sebagai juara umum, ia mendapat penghargaan dari
sekolahnya dengan sekolah tanpa membayar uang SPP, bahkan ia mendapat Beasiswa
dari sekolahnya. Dan karena prestasinya tersebut, ia bersama salah satu
rekannya pun mendapat kesempatan menjadi Siswa Teladan Berprestasi. Selain itu
ia juga pernah menjadi salah satu peserta Cepat Tepat Siswa Berprestasi yang di
selenggarakan di Baturaja bersama tiga siswa yang lain.
Detik-detik
terakhir di SLTP, ia mulai menentukan kemana ia akan melanjutkan jenjang
pendidikannya. Ketika duduk di kelas I(satu) dan kelas II(dua), harapan tertuju
kepada salah satu STM di Lampung. Namun, ia menyadari bahwa ia terlahir dari
keluarga dengan kemampuan ekonomin kurang mampu, sehingga sempat terpikir untuk
tidak melanjutkan sekolah dan ingin membantu orang tua bertani. Setelah
mendengar setiap nasehat, saran, dan motivasi dari sahabat-sahabat dekatnya, ia
berpikir lagi untuk melanjutkan sekolah. Setelah mendiskusikannya kepada kedua
orang tuanya, ternyata kedua orang tuanya pun tetap menginginkan putra ranau
untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya dengan menyakinkan bahwa jika
ada kemauan pasti ada jalan dan meyakinkan bahwa setiap kebaikan akan
mendapatkan pertolongan dari Allah. Maka selanjutnya, denga membawa semangat
yang di sematkan oleh kedua orangtuanya, putra ranau melanjutkan sekolah di SMA
N 1 Banding Agung Ranau.
Di
tepian Danau Ranau, di SMA Negeri 1 Banding Agung, pelajar yang di sapa oleh
rekan-rekanya dengan Bang Ogix ini mengawali proses belajarnya di kelas I.5
(satu lima, naik di kelas II.3(dua tiga), dan berakhir di kelas III.IPA.1(tiga
IPA satu). Di kelas I.5 (satu lima), ia berkumpul di kelas unggulan, ia berkumpul
bersama orang-orang berprestasi dan siswa-siswa terhebat dari sekolahnya
masing-masing untuk bersaing, berkompetisi menjadi yang terbaik di kelas karena
mereka belum tau siapa yang akan menjadi yang terbaik di antara mereka.
Setelah
ia jalani, ternyata siswa yang di sapa Bang Ogix ini hanya meraih tiga besar
saja di semester pertama, dan peringkat Dua besar di semester ke-2. Di
masa-masa ini ia sempat ingin berhenti dari sekolahnya. Tapi hal itu menadapat
penolakan dari kedua orang tuanya, khususnya bapak/ayahnya yang mengatakn,”jika
bapak sekarang bekerja memotong rumput di kebun, Bapaik berharap kalian tidak
merasaka seperti yang bapak rasakan”. Dengan mendengar kalimat itu, ia bangkit
dan terus belajar, sehingga ia mampu meraih peringkat pertama selama di kelas
II.3(dua tiga), bahkan sempat meraih juara umum ke II di sekolahnya.
Dan
di kelas III (tiga) ia mampu menembus kelas IPA dimana kelas ini merupakan
kumpulan siswa-siswa cerdas selama di kelas satu dan kelas dua. Selama di kelas
ini –kelas III.IPA.1— ia hanya mampu meraih peringkat kedua hingga ia lulus. Di
kelas tiga ini ia sempat menjadi nominator peserta olimpiade untuk bidang study
IPA Fisika, namun karena saat itu sudah
mendekati kelulusan, maka peserta di ambil dari kelas dua.
3.
Pengalaman Organisasi
Sepanjang
proses pendidikan di SMA dan di Universitas, Sugiatmoko Putra Ranau asal Lembah
Seminung ini tidak hanya mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun
kampus, ia pun menyibukan diri untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai
organisasi dan perkumpulan. Selain untuk mengisi waktu luangnya hal ini ia
lakukan lakukan untuk menambah wawasan, meningkatkan mental dan keberanian,
menambah teman, dan ternyata masih banyak hal lain yang ia dapatkan dengan
mengikuti berbagai kegiatan organisasi ini, bahkan ia merasa bahwa ilmu dari
organisasi lebih banyak memberikanya kemampuan baik dalam bermasyarakat maupun
dalam pekerjaannya..
Selama
di SMA, ia aktif di beberapa kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya, yaitu OSIS
(Organisasi Siswa Intra Sekolah), Sispala (Siswa Pencinta Alam), Pramuka, Bela
Diri, Olahraga dan Teater. Di OSIS,
ketika di kelas II(dua) ia menjadi salah satu kandidat kuat yang di
calonkan sebagai ketua umum, namun akhirnya ia hanya mendapatkan amanah sebagai
Ketua Bidang Olahraga dan Daya Kreasi, yang aktif mengatur kegiatan senam rutin
setiap hari jum’at dan mengadakan beberapa kegiatan turnamen olahraga.
Di
Sispala, ia aktif dari awal masuk sekolah di SMAnya. Di kelas II (dua) ia pun
terpilih sebagai Ketua Umum Sispala SMA N 1 Banding Agung. Namun sebelum
meneruskan kepemimpinan dan membentuk kepengurusan baru ternyata beberapa pekan
kemudian Panitia pemilihan dan beberapa Senior Sispala tidak mengakui hasil
pemilihan dan membatalkan hasil pemilihan tanpa alasan yang jelas. Dengan tanpa
menuntut hal yang sudah menjadi hak kepmimpinanya, ia memilih mundur dari
Sspala dan aktif di kegiatan lain. Pengalaman besar yang ia peroleh di Sispala
ini adalah ketika melakukan pendakian Gunung Seminung selama sehari semalam.
Pendakian ini dilakukan atas kerjasama Sispala SMA N 1 Banding Agung dengan
salah satu Mapala dari Universitas Lampung (UNILA).
Di Pramuka, ia hanya menjadi anggota biasa.
Dan selain kegiatan latihan rutin, ia juga hanya memiliki pengalaman megikuti
perkemahan Jum’at, Sabtu, Minggu (Perjusami) selama tiga hari di tempat
perkemahan yang tidak jauh dari SMAnya. Sedangka di Organisasi bela diri, ia
aktif sebagai siswa sejak kelas I (satu) sampai kelas II (dua) SMA –selama dua
tahun--. Dan setelah lulus latihan
siswa, ia aktif sebagai pelatih tetap di SMA hingga ia selesai dari sekolahnya.
Selama mengikuti bela diri ini, ia juga aktif mengikuti latihan atlet. Ia pun
berkesempatan mengikuti kejuaraan tingkat kabupaten yang berhasil menjadi juara
di kelas A putra dan kejuaraan ini pun sekaligus memrupakan ajang seleksi atlet
untuk mengikuti PORDA(Pekan Olahraga Daerah) Sumsel di Palembang. Meskipun ia
masuk sebagai salah satu nominasi atlet di kelasnya (kelas A putra), ia tidak
meneruskan latihan untuk mengikuti kejuaraan. Karena ketika itu ia sudah berada
di penghujung pendidikan sekolah, ia fokus untuk menyiapkan kelulusannya dan
untuk menyiapkan perjuangan pedidikan di Universitas.
Di olahraga, ia aktif dalam latihan Atletik
lari. Ia tercatat sebagai salah satu atlet lari cepat (sprint) jarak 100 meter.
Selain itu, ia pun mengikuti beberapa cabang lari yang lain ketika ada
kejuaraan. Ia pernah mengikuti kejuaraan lari marathon 10000 meter, 5000 meter,
dan 800 meter. Tapi ia tetap fokus pada lari cepat 100meter. Di lari cepat 100
meter ini ia tercatat sebagai juara ke-3 (tiga) putra untuk tingkat kabupaten
OKU Selatan pada tahun 2005. Ketika itu kejuaraan di adakan di kecamatan
Banding Agung, tepatnya di Lapangan Sepak Bola Suka Negri, samping MAN
(Madrasah Aliyah Negeri) Banding Agung.
Selanjutnya
adalah Seni Teater. Di Seni teater ini, ia tercatat sebagai salah satu pelopor
dan pendiri Teater Tunggal SMAN 1 Banding Agung. Yang mana sebelumnya di
sekolah ini tidak ada lembaga seni teater. Baru setelah angkatan mereka di terima dan berjalan beberapa bulan, Teater
Tunggal SMA terbentuk. Pada mulanya, Mas Sugi dan rekannya di kelas I.5 (satu
lima) yang di komando dan di pimpin opleh ketua kelas –Ali Akbar-- sepakat
untuk menampilkan seni teater mereka pada acara yang di selenggarakan oleh
sekolah. Karena merasa apa yang mereka tampilkan sangat menarik dan mendapat
apresiasi positif dari beberapa pihak di sekolah, kemudian mereka mencoba untuk
merumuskanya dan selanjutnya mengusulkan kepada sekolah untuk menjadikanya
salah satu lembaga di sekolah. Setelah Seni teater diterima menjadi salah satu
lembaga di sekolahnya, kerja keras mereka dalam mengembangkan dan belajar
tentang teater dapat menuai hasil yang positif. Lembaga Teater yang mereka
bentuk selalu mendapat kesempatan untuk tampil di berbagai moment penting dan
hari-hari besar nasional seperti misalnya acara perpisahan siswa kelas III
(tiga), Hari Kemerdekaan, dan hari penting lainnya baik di sekolah maupun di
luar sekolah seperti di balai kecamatan dan tempat lain.